Sabtu, 11 Desember 2010

Cara Mengajar yang Efektif

Ketika mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid-murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal yang dibutuhkan dua hal utama yaitu: (1) Pengetahuan dan keahlian profesional; (2) komitmen dan motivasi.

PENGETAHUAN DAN KEAHLIAN PROFFESIONAL

Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengejaran yang baik dab didukung oleh metode penetapan tujuan, perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang kultural. Mereka juga mengetahui cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas. Berikut adalah masing-masing penjelasan dari beberapa kriteria di atas.

1. Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.

2. Strategi Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju dengan cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan salah satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.

3. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.

4. Keahlian manajemen kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.

5. Keahlian motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.

6. Keahlian komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara konstruktif.

7. Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.

8. Keahlian teknologi
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.

KOMITMEN DAN MOTIVASI

Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana guru memberikan tenaga dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh murid dengan baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.

Daftar Pustaka
Santrock, John, W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencan Prenada Media Group

Senin, 12 April 2010

Variabel Pembelajaran

Sebelum mengajar, seorang pengajar hendaknya melakukan beberapa perencanaan. Dimana setiap melakukan perencanaan pembelajaran akan melibatkan beberapa variabel pembelajaran. Setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang variabel pembelajaran apa saja yang harus dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melakukan pembelajaran. Adapun ahli-ahli tersebut antara lain :

Simon (Uno, 2006) mengklasifikasikan variabel-variabel pembelajaran (disebut sebagai komponen utama dari ilmu merancang – a design science) menjadi 3, yaitu :
1. Alternative goals or requirements
2. Possibilities for action
3. Fixed parameters or constrains

Glaser (Uno, 2006) menyebut empat components of a psyhology of instruction, yaitu :
1. Analisis isi bidang studi
2. Diagnosis kemampuan awal siswa
3. Proses pembelajaran
4. Pengukuran hasil belajar

Reigeluth (Uno, 2006), pada mulanya, memperkenalkan empat variabel yang menjadi titik perhatian ilmuwan pembelajaran, yaitu :
1. Kondisi pembelajaran, mencakup antara lain : karakteristik siswa, karakteristik lingkungan pembelajaran dan tujuan instruktional
2. Bidang studi, mencakup antara lain : karakterisik isi/tugas
3. Strategi pembelajaran, mencakup antara lain : strategi penyajian isi bidang studi, penstrukturan si bidang studi, dan pengelolaan pembelajaran
4. Hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dihasilkan dari pembelajaran, apakah itu dari siswa, lembaga termasuk juga pada masyarakat.
Reigeluth dan Merril (Uno, 2006) memodifikasi variabel-variabel pembelajaran yang semula 4 empat variabel menjadi tiga variabel, yaitu :
1. Variabel kondisi pembelajaran, adalah faktor yang mempengaruhi metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Variabel ini berinteraksi dengan metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi.
2. Variabel metode pembelajaran, adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
3. Variabel hasil pembelajaran, adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda. Hasil pembelajaran biasa berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil yang nyata dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu. Adapun desired outcomes, yakni tujuan yang ingin dicapai, yang sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode yang sebaiknya digunakan.
Contoh :
Di sekolah A, guru memiliki peluang untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang mungkin digunakan. Dalam contoh ini, variabel yang termasuk di metode sekolah A merupakan kondisi di sekolah B.

Menurut Dunkin & Biddle (Sagala, 2005) bahwa ada 4 variabel interaksi dalam proses pembelajaran/pengajaran kelas, yaitu :
1. Variabel Pertanda (Presage Variable) berupa pendidik
2. Variabel Konteks (Context Variable) berupa peserta didik, sekolah dan masyarakat
3. Variabel Proses (Process Variable) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik
4. Variabel Produk (Product Variable) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu :
1. Kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran.
2. Kompetensi metodologi pembelajaran
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media teks belaka. Perlu ada cara baru dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam sistem yang mandiri maupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan sumber belajar oleh pihak guru maupun ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

PRINSIP-PRINSIP UMUM TENTANG MENGAJAR
Menurut Uno (2006) bahwa prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior (dapat diketahui melalui pretest).
2. Pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan harus bersifat praktis. Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Apa yang dipelajari seseorang secara cepat, mungkin tidak dapat dilakukan oleh yang lain dengan cara yang sama. Oleh karena itu, mengajar harus memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan masing-masing siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan pengajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan secara khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip pedagogis tentang belajar. Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus bertahap dan meningkatkan. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan bahan yang bersifat gradual, yaitu :
• dari sederhana ke kompleks
• dari konkret ke abstrak
• dari umum ke kompleks
• dari yang sudah diketahui ke belum diketahui (konsep/ abstrak)
• induksi ke deduksi dan sebaliknya
• reinforcement

Tugas :
1. Menelaah variabel pembelajaran. Kaitkan dengan taxonomy Bloom (dimulai dari knowledge, comprehension, dan application). Jangan lupa, mencantumkan daftar pustaka.
2. Tugas dikumpulkan melalui email, dengan syarat :
• bentuk file
• subject : nim_nama mahasiswa_kelas_mata kuliah_(variabel pembelajaran)

Referensi :
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Cetakan Pertama. Jakarta, PT Bumi Aksara

Selasa, 22 Desember 2009

Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan pada kemampuan mengajar. Selanjutnya, akan diuraikan masing-masing pembahasan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu sebagai berikut :

a. Kompetensi Pribadi
Berdasarkan kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sebagai makhluk tuhan. ia wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik secara benar dan bertanggungjawab. ia harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis dan pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya.
Beberapa kompetensi pribadi yang semestinya ada pada seorang guru, yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. selain itu, mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual.

b. Kompetensi Sosial
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis. ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik. ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kempuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. instruktur hanya bertugas melayani mereka sesuai kebutuhan mereka masing-masing. kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).

c. Kompetensi Profesional Mengajar
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan :
1. Merencakan sistem pembelajaran
- merumuskan tujuan.
- memilih prioritas materi yang akan diajarkan.
- memilih dan menggunakan metode.
- memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada.
- memilih dan menggunakan media pembelajaran.
2. Melaksanakan sistem pembelajaran
- memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat.
- menyajikan urutan pembelajaran secara tepat.
3. Mengevaluasi sistem pembelajaran
- memilih dan menyusun jenis evaluasi.
- melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses.
- mengadministrasikan hasil evaluasi.
4. Mengembangkan sistem pembelajaran
- mengoptimalisasi potensi peserta didik.
- meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri.
- mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.

Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut :
1. Mengembangkan kepribadian.
2. Menguasai landasan kependidikan.
3. Menguasai bahan pelajaran.
4. Menyusun program pengajaran.
5. melaksanakan program pengajaran.
6. Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan.
7. Menyelenggarakan penilaian sederhana untuk keperluan pengajaran.
8. Menyelenggarakan program bimbingan.
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat.
10.Menyelenggarakan administrasi sekolah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi guru profesional yang memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap calon guru atau guru untuk mewujudkannya.

Senin, 21 Desember 2009

Konsep Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru

Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Hasil penelitian dapat diidentifikasi beberapa indikator yang menjadi ukuran karakteristik guru yang dapat dinilai kompetensi dan profesional, yaitu (1) mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, (2) mampu melaksanakan peran dan fungsi dengan tepat (3) mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah, (4) mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

Beberapa tanggung jawab guru yang dapat diketahui yaitu (a) tanggung jawab moral berupa menghayati prilaku dan etika sesuai dengan moral pancasila (b) tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah seperti belajar-mengajar efektif mengembangkan kurikulum (KTSP), silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menjadi model bagi siswa, penasehat, mengevaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik (c) tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan dinyatakan dengan turut serta mensukseskan pembangunan, membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat (d) dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan yakni memajukan ilmu, melaksanakan penelitian dan pengembangan.

Peran dan fungsi guru dapat diwujudkan sebagai (a) pendidik dan pengajar seperti memiliki kestabilan emosi, memajukan peserta didik, realitas, jujur, terbuka, dan inovasi, (b) anggota masyarakat diwujudkan dengan pandai bergaul dengan masyarakat (c) pemimpin dapat diwujudkan dengan kepribadian, ilmu kepemimpinan, teknik berkomunikasi dan menguasai aspek kegiatan organisasi di sekolah (d) administrator seperti jujur teliti rajin, memahami strategi dan manajemen pendidikan (e) pengelola pembelajaran diwujudkan dengan memiliki berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun diluar kelas.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru harus memiliki (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme (b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketawaan, dan akhlak mulia (c) memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Menurut guru yang belum sertifikasi, guru yang sudah sertifikasi sama saja kopetensinya sebelum dan sesudah sertifikasi dan itu dapat dilihat dari mengajar dikelas bukan dilihat dari administrasi, malah timbul permasalahan yang merugikan orang lain bertentangan dengan Pancasila, Peran dan fungsi guru yaitu jujur, guru yang sudah sertifikasi berusaha memenuhi jam mengajar 24 jam sehingga jam guru lainpun diambil untuk mendapatkan uang puluhan juta per orang dengan menyulap roster dan surat keputusan dengan bekerjasama dengan kepala sekolah. Ketidak jujuran untuk mendapatkan uang karna guru Indonesia itu miskin, dan sangat berbahaya untuk siswa. Jika siswa itu jadi pemimpin maka dia akan mencontoh gurunya/pelatihnya paling tidak 10% pasti dimilikinya ketidak jujuran itu. Dan itu bumerang bagi negara.

Menciptakan sertifikasi guru bukan jalan keluar sesebagai peningkatan kompetensi guru, jika untuk meningkat kompetensi guru beri guru penghasilan yang dapat memenuhi sandang, pangan dan papan terlebih dahulu agar dia tidak kekurangan. Kemudian pantau guru mengajar di kelas dan diluar kelas dengan empati bukan dengan 100% administrasi apa kekurangan guru dapat dilihat dilapangan. Seperti sertifikasi sekarang 90 % menggunakan administrasi (fortofolio) yang guru tersebut berusahan mengulap administrasi dengan segala cara yang akhirnya merusak citra dan akhlak guru.

Menurut guru yang sudah sertifikasi, guru yang belum sertifikasi bagai mana kalau sudah sertifikasi pasti berusaha menyulap administrasi seperti yang kami lakukan. Walaupun ada kesenjangan, demi mendapatkan yang diinginkan wajar saja..
Pendidikan di Indonesia tidak murni lagi disebabkan adanya campurtangan pengusaha karna pemimpinya dari pengusaha, campurtangan departemen karna pemimpinnya dari departemen, Untuk mengurus pendidikan guru harus dari orang pendidikan guru, bukan orang depatemen, pengusaha ataupun administrasi. selama ini guru selalu ditindas oleh birokrasi sampai sekarang. Pertanyaan setujukah anda pendidikan dikuasai oleh birokrasi? setujukah anda pendidikan dikuasai oleh departemen? setujukah anda pendidikan dikuasai oleh administrasi? setujukah anda pendidikan dikuasai oleh administrsi? setujukah anda pendidikan dikuasai oleh birokrasi? Setujukah anda pendidikan dikuasai oleh guru? Pertanyaan mana yang anda setujuai yang didasari murni untuk kecerdasan bangsa bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan.Masih banyak lagi kebijakan yang dilakukan pada guru dengan niat baik tetapi akhirnya merubah akhlak guru dan pranata sekolah jadi buruk, masih dalam penelitian jika sampai 70% akan dipaparkan...